Sunday, April 19, 2009

Anak Perlu Dilatih Menyelesaikan Masalah

Setiap orang tua sangat berharap memiliki anak yang solih-solihah, penyejuk mata (qurrota a’yun), dan mandiri, siap meminpin orang lain dan diri sendiri. Bahkan setiap hari orang tua minta kepada Allah melalui do’a. Sebagaimana firman Allah Surat Al-Furqon ayat 74, yang artinya: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan anak-anak kami sebagai penyejuk mata dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa."
Harapan yang setiap hari dilafalkan lewat doa seringkali tidak diikuti dengan perilaku yang baik kepada anak-anak kita. Banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang tua bukan karena orang tua tidak sayang. Justru karena sayangnya kelewatan, banyak orang tua melakukan kesalahan. Anak mau melakukan ini tidak oleh mau begitu tidak boleh. Anak selalu dihindari dari masalah yang mestinya bisa dijadikan sebagai pengalaman masa kecil anak.

Orang tua berharap anaknya memiliki kemandirian, namun sejak kecil anak tidak boleh berhadapan dengan masalah. Menghadapi masalah sedikit saja orang tua sudah harus memberikan perlindungan yang berlebihan. Bahkan ada kecenderungan orang tua tidak mau direpotkan, yang penting anaknya tidak menghadapi masalah, aman dari persoalan.
Ketika melihat anak menangis minta sesuatu, orang tua segera memberikan, meskipun itu belum perlu. Ketika melihat anaknya belajar berjalan dan terjatuh, orang tua segera menolong tanpa diberi motivasi untuk mencoba melangkah lagi. Hal ini tampak karena orang tua begitu sayang kepada anak.Takut jika anaknya terluka. Orang tua tidak menginginkan anaknya menangis karena ada masalah. Maunya orang tua ingin segera membantu.
Dunia anak memang dunia bermain, baik itu di sekolah maupun di rumah. Dalam permainan itu, anak mulai berhadapan dengan keberagaman teman. Ada yang pendiam, ada yang jail, bahkan ada yang suka mengganggu. Menghadapi masalah seperti ini terkadang orang tua kurang memberikan apresiasi. Maunya si anak harus berteman dengan yang aman-aman saja, anak yang pendiam, anak yang pintar. Lebih parahnya, ketika anak mengalami masalah dengan temannya, justru orang tua yang mengambil inisiatif untuk membantu.
Sekali lagi, kesalahan orang tua terhadap anak bukan karena tidak sayang, tetapi kelewatan sayang. Anak tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya. Dengan bahasa lain orang tua tidak tega jika anaknya harus bersusah-susah menyelesaikan masalah.
Orang tua pasti ingin anaknya menjadi pemenang dan tidak mau anaknya menjadi pecundang. Namun dengan perlakukan yang berlebihan seperti ini (over protectif) maka sangat memungkinkan anak hanya akan menjadi pemenang di rumah, tetapi sebaliknya jika di luar rumah, anak akan menjadi pecundang. Setiap ada masalah selalu minta tolong karena tidak bisa menjadi problem solver justru yang sering anak hanya sebagai problem maker.
Apapun yang dikehendaki oleh anak akan terpenuhi. Anak tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Semua masalah yang dihadapi oleh anak sudah diambil alih oleh orang tua. Anak selalu merasa aman dan nyaman di samping orang tua. Seolah-olah tidak ada orang lain yang berhak mengganggu dirinya selama masih ada orang tua. Jika hal ini terjadi terus menerus, maka kelak dewasa anak sulit berperilaku mandiri.
Keinginan orang tua bisa terwujud jika orang tua mau menahan diri. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar menyelasaikan masalahnya sendiri. Sebenarnya masalah yang dihadapi oleh anak-anak tidak terlalu rumit. Insya-Allah anak-anak mampu menyelesikan masalahnya sendiri. Orang tua cukup memberikan motivasi untuk bisa menghadapi setiap masalah anak dengan tenang. Bukan orang tua yang mengambil alih agar anaknya bisa terhindar dari masalah.
Berdasarkan pengalaman yang ada di masyarakat, banyak orang sukses yang kehidupannya ditempa melalui pengalaman hidup sejak kecil. Merekalah yang mampu memenangkan persaingan di dunia nyata. Anak yang sejak kecil sering berhadapan dengan masalah dan diajari untuk menyelesaikan masalah, dialah yang akan memiliki kekayaan luas terhadap problem yang dihadapi dan tahu cara menyelesaikannya. Akhirnya, dia akan menjadi problem solver.
Pengalaman hidup adalah hal yang sangat berharga untuk kemudian hari. Ibarat seorang dokter yang sering menghadapi pasien, maka dokter tersebut akan banyak memiliki pengalaman. Begitu juga seorang guru yang sering menghadapi broblem di kelas, maka dengan pengalaman itu, akan banyak langkah yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah, asalkan guru itu tidak mudah mengeluh.
Rasulullah Muhammad SAW mempunyai pengalaman hidup yang cukup berat. Ketika dilahirkan, tidak bertemu dengan ayah. Ketika usia enam tahun ditinggal oleh ibu. Dengan kondisi yang cukup berat itu, Muhammad mampu menghadapi permasalahan dengan baik. Akhirnya beliau tampil sebagai pemimpin yang paling berpengaruh.
Insya Allah kita semua berharap anak kita menjadi anak yang tangguh. Anak yang siap menghadapi tantangan hari esok yang lebih berat. Untuk itu, berikan kesempatan kepada anak-anak kita untuk belajar menyelesaikan masalah yang dihadapi. Biarkan anak kita bertemu dengan keragaman masalah. Namun demikian, ajarilah untuk menyelesaikan masalah dan bukan mengambil alih masalah. Dengan demikian, insya-Allah kita akan menemukan anak-anak kita yang tanggung dan siap menghadapi masalah dan menjadi pemimpin masa depan. Amin.

3 comments:

Anonymous said...

betul mas memang supaya anak belajar mandiri harus dilatih menyelesaikan masalah jangan disuapin terus

Unknown said...

pelajaran yang sangat bagus....

MONOKROM said...

Benar sekali, kita harus sejak dini memperkenalkan banyak hal kepada anak-anak. Terutaman ajaran-ajaran kemandirian yang akan membuat anak mandiri dan biasa bertanggung-jawab atas segala hal, sejak dini. Kesalehan-kesalehan sosial juga harus kita perkenalkan dan biasakan. Seperti tidak konsumtif, tidak serakah dan mau berbagi, menolong, menghormati orang lain, menghargai temennya, tidak egois, beremphati pada orang yang sedang kesusahan, orang miskin dan temen-temen sebayanya, dst. Pokoknya semakin dini kita ajarkan kebaikan akan semakin terpatri pada jiwanya. Sehingga terbentuk menjadi pribadi yang kita semua idamkan.