Sunday, July 24, 2011

Membentuk Karakter Anak di Bulan Ramadhan

Setiap tahun ummat Islam menjumpai satu bulan yang bernama Ramadhan. Bulan yang penuh dengan barokah, rahmat, dan ampunan dari Allah. Ada yang mengatakan bahwa bulan Ramadhan dengan sebutan bulan introspeksi, bulan pelatihan, bulan mendulang pahala, bulan untuk meminimalisir dosa-dosa.
Apapun namanya, yang jelas di dalam bulan Ramadhan ini Allah menjanjikan pahala yang tak terhingga dan memberikan peluang untuk menghapuskan dosa-dosa. Dalam beberapa hadis dikatakan bahwa orang yang berpuasa di bulan Ramadhan akan diampuni dosa yang telah lalu. Begitu juga bagi yang berpuasa di bulan Ramadhan diampuni dosa yang terdahulu. Tentunya ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu karena iman dan mengharap ridho dari Allah. Di bulan Ramadhan juga ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qodar.
Ternyata kehadiran bulan Ramadhan masih belum bisa dilaksanakan sesuai apa yang menjadi ketentuan Allah. Masih banyak yang memahami Ramadhan sebagai simbol agenda tahunan tanpa menyentuh pada pembentukan pribadi muslim sesungguhnya. Sehingga yang tampak, begitu Ramadhan berlalu, maka berlalu pula agenda ibadah lainnya.
Ramadhan semestinya bisa dijadikan guru dalam pembentukan karakter anak. Dalam teori psikologi, kegiatan yang dilakukan 21 berturut-turut dengan sepenuh hati, maka akan melahirkan kebiasaan. Karakter adalah kebiasaan yang baik dan itu bisa dimulai dari bulan yang mulia ini. Tapi apa yang terjadi saat ini?
Fenomena yang terjadi di sekitar kita cukup memprihatinkan. Saat ini Kejujuran menjadi barang yang mahal. Kesabaran sulit untuk dicari. Nurani begitu mudah disulut oleh emosi. Di jalan-jalan hampir setiap hari terjadi tawuran antar pelajar, di masyarakat begitu mudahnya diadu domba. Di arena olahraga kehilangan sportifitas, hingga yang kalah murka dan terjadi amuk masa.
Dekadensi moral tampak nyata di depan mata. Rasa hormat anak kepada orang tua telah memudar. Jaring narkoba tertata begitu rapi, dari jaringan internasional hingga di lingkungan sekolah. Pornografi dan pornoaksi mudah dilihat dan sering dijadikan panduan bagi kalangan remaja. Kini pengaruh globalisasi menjadi tak terbendung lagi.
Relakah kita melahirkan generasi yang lemah? Genarasi yang akan menggadaikan kejujuran? Generasi yang kehilangan kesabaran? Generasi yang masuk dalam lingkaran setan? Generasi yang menjauh dari aturan Tuhan? Tidak! orang tua yang berhati emas, tidak akan mengharapkan generasi yang lemah.
Dalam data komnas perlindungan anak didapatkan, bahwa perilaku anak cukup memprihatinkan dan sudah masuk pada wilayah emergency. Menurut data yang dikutip dari Media Indonesia 18 Januari disebutkan bahwa pengakuan remaja di kota besar dalam berhubungan seks pranikah sebagi berikur: 62,7% remaja pernah melakukan, 21,2% remaja pernah aborsi, 93,7% remaja pernah berciuman dan oral seks, 97,0% remaja pernah nonton video porno.
Di sisi lain, narkoba juga menjadi persoalan yang cukup serius untuk ditangani. Dari data Badan Narkotika Nasional (BNN) ada sekitar 3.600.000 jumlah pengguna narkoba di Indonesia. Dari jumlah itu, 41% adalah pengguna pemula, yaitu usia 14 sampai 18 tahun (Republika online, 26/06/2010).
Problem ini menjadi tanggung jawab bersama. Mulai dari pengambil kebijakan di tataran pemerintah pusat hingga di tataran pemerintah paling bawah, di kelurahan yang dibantu oleh RW dan RT. Begitu juga di organisasi sosial keagamaan saling bersinergi. Tidak kalah penting dan memegang peranan yang sangat strategis adalah orang tua di rumah dan guru di sekolah. Ketika semua merasa bertanggung jawab dan saling bersinergi akan mampu membangun generasi yang berkarakter. Dengan pencanangan Pendidikan Karakter di Indonesia, mudah-mudahan keadaan semakin membaik.
Semoga bulan Ramadhan kali ini menjadi momen penyadaran bagi semua elemen masyarakat. Ramadhan bukan sekedar agenda formalitas dan simbolik, tetapi mampu membangun sinergi dalam pembentukan karakter anak.
Materi Bulan September : Anak-anak Mulai Kehilangan Figur Panutan



Dimuat di Majalah Lazizmu bulan Agustus 2011

Sabar dan Pertolongan Allah

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah (dalam menghadapi ujian) dengan sabar dan mengerjakan salat. Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153)
Semua orang berharap mempunyai anak yang mudah diatur, sholeh, dan cerdas. Namun untuk sampai ke tangga yang diharapkan itu, ada serangkaian ujian yang harus dilalui oleh orang tua. Ada orang tua yang dengan mudah untuk mencapai yang diharapkan, tetapi tidak sedikit orang tua yang harus berjibaku menghadapi ujian hingga mendapatkan apa yang diharapkan. Namun banyak pula orang tua yang menyerah dan tidak berdaya menghadapi ujian ini.
Anak, bagaimanapun keadaannnya adalah darah daging yang akan menjadi generasi penerus. Memang, ketika anak memberikan agenda yang menjengkelkan, terkadang orang tua merasa kesal. Namun sekali lagi, dia adalah anak yang menjadi investasi bagi orang tua. Persoalan yang diberikan oleh anak kepada orang tua merupakan bagian dari perjuangan hidup.


Allah begitu mudah untuk menjadikan semua anak menurut, baik, dan sesuai dengan harapan orang tua. Namun justru yang diberikan adalah serangkaian persoalan yang harus dipecahkan. Tentu ini menjadi taruhan orang tua sebagai bukti kesabaran.
Pada tingkatan tertentu orang tua akan merasa kesal terhadap agenda persoalan yang diberikan oleh sang buah hati. Namun setelah memahami dan menyadari bahwa apapun yang terjadi dia adalah anak yang perlu diselamatkan, maka dituntut satu kesabaran yang tinggi. Karena dengan kesabaran itulah manusia akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Keyakinan inilah yang akan memperkuat orang tua dalam pengasuhan.
Seorang ulama, K.H. Dindin Solahudin dalam bukunya, ”La Tahzan For Parenting” menyatakan bahwa kesabaran yang baik, bermutu, dan terpuji itu sejatinya tidak mengenal kata habis, putus asa, dan menyerah. Ini artinya, bahwa orang tua yang memiliki kesabaran yang bermutu tinggi dan terpuji tidak akan mengenal putus asa dalam mendidik anaknya, meskipun agenda permasalahan selalu diberikan oleh anaknya. Ini adalah bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya yang beriman.
Jauhkan pandangan bahwa kesabaran itu merupakan bukti sebuah kelemahan bagi orang tua dalam mendidik anak. Justru sabar adalah bukti kecintaan, ketahanan, dan kekuatan orang tua di dalam mendidik anak. Kekerasan bukanlah jalan terbaik untuk menangani anak-anak yang mempunyai masalah.
Seringkali kita menghadapi agenda permasalahan anak. Agenda permasalahan itu terkadang muncul dari internal anak kita. Namun tidak jarang permasalahan itu dorongan dari luar. Permasalahan dari luar biasanya tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang telah mempengaruhinya. Sehingga anak-anak kita menjadi anak yang berusaha mencari identitas diri, ingin mendapatkan pengakuan. Kalau seperti ini orang tua betul-betul dituntut untuk memahami, mempelajari, dan menjadi teman untuk bisa menyelasaikan permasalahan yang dihadapi. Untuk masalah ini juga membutuhkan kesabaran.
Perlu difahami bersama bahwa sabar bukan menunjukkan seseorang itu lemah, justru sabar adalah bukti bahwa orang tua mempunyai kekuatan, dan keteguhan dalam mendidik anaknya. Sabar merupakan sikap positif yang dimiliki oleh orang tua. Dengan bersikap sabar, maka banyak manfaat yang didapatkan. Sabar akan selalu berbuah kemuliaan dan yakin bahwa Allah selalu menolong orang yang sabar asalkan dengan sandaran yang kuat yaitu dengan salat dan selalu minta pertolongan kepada-Nya.

Dimuat di MAJALAH MAYARA
Bulan Agustus 2011

Jujur, Kunci Sukses

Ada kata bijak yang perlu direnungkan bersama, “Berawal dari kejujuran maka akan berakhir dengan kebahagiaan”. Kata-kata ini cukup sederhana, tetapi jika direnungkan, memiliki makna yang cukup dalam.
Dalam berbagai penelitian, jujur menempati urutan pertama dalam menentukan kesuksesan seseorang. Namun sayang, justru saat ini kejujuran menjadi barang yang langka. Bahkan sulit ditemukan di sekeliling kita.
Beberapa waktu yang lalu ketika saya memberikan pelatihan tentang pendidikan karakter, ada seorang kepala UPTD yang mengatakan, “Kalau Bapak tahu ujian yang terjadi saat ini, maka ngeri.” Saya balik bertanya, “Apa yang menyebabkan ngeri pak?” Beliau hanya menjawab dengan singkat, “Kecurangan”.
Masih hangat dalam ingatan kita saat ujian nasional SD terjadi kasus yang menghebohkan Kota Surabaya bahkan Jawa Timur. Kasus itu bermingu-minggu menghiasi halaman koran nasional. Kecurangan ujian nasional yang berujung pada kerugian untuk banyak fihak. Ini menjadi terapi dan menjadi pelajaran bagi semua pihak yang mencoba untuk menggadaikan kejujuran.
Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang menggadaikan kejujuran? Padahal jelas bahwa kejujuran menjadi kunci kesuksesan seseorang. Ini pertanyaan yang simpel dan perlu untuk direnungkan bersama. Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang berlaku tidak jujur.
Pertama, orang berani menggadaikan kejujuran karena rasa takut. Dari rasa takut ini maka tumbuh einginan untuk tidak jujur. Takut jangan-jangan ananya tidak lulus ujian. Takut jangan-jangan sekolah hasilnya kalah dengan sekolah lain. Takut jangan-jangan kalau nilainya jelek dimutasi, dll. Perasaan takut inilah yang paling dominan tumbuhnya ketidakjujuran.
Orang tua yang suka marah-marah kepada anak menyebabkan anak takut. Ketika anak sudah mulai tumbuh rasa takut, maka akan berusaha untuk mencari banyak alasan agar tidak kena marah. Ketika alasan pertama lolos maka besok akan mencari alasan yang lain. Dengan terbiasa untuk mencari alasan, maka anak sudah terbiasa dengan ketidakjujuran. Akhirnya alasan ketidakjujuran akan menjadi hebit atau kebiasaan dan ini sangat berbahaya.
Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa 99% penyebab kegagalan adalah berasa dari orang yang mempunyai kebiasaan membuat alasan. Karena sesungguhnya alasan itu berakar dari ketidakjujuran.
Masih sedikit diantara kita yag mau mengawal kejujuran anak. Padahal itu adalah potensi dasar yang sudah dimiliki oleh anak, tetapio saat ini sudah mulai dirobohkan oleh orang-orang dewasa di sekitarnya. Alasannya sukup sederhana, yaitu untuk kepentingan orang-orang dewasa.
Ketika pertama kali orang tua atau guru mengajarkan ketidakjujuran kepada anak, mungkin hal yang biasa. Bahkan oleh orang tua atau guru menganggap itu biasa. Tetapi bagi seorang anak itu sangat berat. Jika hal yang berat itu terjadi berkali-kali, maka akan menjadi ringan dan menjadi pembiasaan. Jika demikian, maka orang tualah yang memiliki andil menghancurkan masa depan anak-anaknya sendiri.
Kedua, orang berani menggadaikan kejujuran karena keserakahan. Banyak orang yang berani berbuat curang karena sifat serakah, ingin menumpuk-numpuk kekayaan. Dan tidak sedikit mereka berujung dengan kenistaan. Jangankan di akhirat di duniapun mengalami petaka. Ini pun sebenarnya muncul dari rasa takut, yaitu takut menghadapi hidup.
Banyak anak yang cerdas dengan nilai yang gemilang, itu tidak menjamin anak kelak menjadi sukses. Banyak anak yang terlahir dari orang tua yang kaya, itu juga tidak menjamin anak kelak akan menjadi sukses. Kesuksesan tidak terletak pada kecerdasan yang dimiliki. Begitu juga keturunan, tidak menjadi kesuksesan seseorang. Justru kesuksesan lebih banyak ditentukan oleh mental seseorang. Jika sejak kecil sudah memiliki mental positif, maka kelak akan tumbuh menjadi manusia yang sukses. Siap menghadapi tantangan dengan modal kejujuran, kemampuan, dan ketangguhan.

Dimuat dimuat di MAJALAH MAYARA
Bulan Juni 2011

Tuesday, May 24, 2011

Pilar Pendidikan Karakter Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya



Ada empat pilar pendikan karakter yang sudah di rumuskan oleh Perguruan Islam Al-Azhar Kelapa Gading sejak tahun 2009.



. Pilar Pendidikan Karakter



Untuk mengawal dan membiasakan potensi kebaikan yang dimiliki oleh anak, maka Perguruan Islam Al-Azhar Kelapa Gading mengambangkan pola karakter dengan 4 pilar: (Rumusan Cipayung)



1. Robbaniyyah (Hubungan manusia dengan Allah)



a. Memiliki keimanan yang kokoh



~ Selalu optimis (Roja’)



b. Menerapkan keimanan dalam perilaku sehari-hari



~ Takut berbuat dosa (Khauf)



c. Memiliki ketaatan dalam beribadah



~ Ikhlas dalam beribadah



~ Mendirikan shalat wajib dan sunnah



~ Selalu menunaikan zakat



~ Terbiasa membaca Al-Qur’an



~ Menjalankan puasa



~ Membiasakan berinfak dan berkurban



~ Mengucapkan kalimat thoyyibah



~ Sabar dan adil



~ Membiasakan ibadah sunnah



~ Membiasakan menutup aurat



2. Insaniyyah (Hubungan sesama manusia)



a. Meneladani sifat-sifat Allah dalam hubungannya sesama manusia



~ Memiliki sifat sabar (as-Shabuur)



~ Memiliki sifat kasih sayang (ar-Rahman)



~ Memiliki sifat adil (Al-Adl)



~ Memiliki sifat bersyukur (As-Syakur)



~ Memiliki sifat mensucikan diri (Al-Kudus)



~ Memiliki sifat berani (Al-Aziz)



~ Memiliki sifat lemah-lembut (Al-Latif)



~ Memiliki sifat cerdas (Ar-Rasyid)



~ Memiliki sifat pemaaf (Al-Afwu)



b. Meneladani sifat-sifat Rasulullah dalam hubungannya sesama manusia



~ Memiliki sifat Siddiq



~ Memiliki sifat amanah



~ Memiliki sifat tabligh



~ Memiliki sifat fathonah



c. Mengaplikasikan pesan-pesan Al-Qur’an dalam hubungan sesama manusia



~ Berbakti kepada kedua orang tua



~ Ikhlas beramal



~ Rajin bekerja



~ Ramah dalam pergaulan



~ Ulet dalam menggapai cita-cita



~ Logis dalam berfikir



~ Waspada terhadap napza



~ Amanah dan dapat dipercaya



~ Lemah lembut dalam tutur kata



~ Istiqomah, teguh dalam keyakinan



~ Disiplin dalam segalan hal



~ Adil dalam segala tindakan



~ Ikram, hormat kepada guru dan sesama manusia



~ Nadzafah, bersih hati, pakaian, dan lingkungan



3. Ilmiyah (Hubungan dan sikap terhadap ilmu pengetahuan)



a. Siap belajar



b. Kejujuran ilmiyah



c. Berfikir logis dan sistematis



d. Bersikap haus ilmu



e. Bersikap ulet dan gigi



4. Alamiyah (Hubungan terhadap alam sekitar)



a. Memelihara kelestarian alam



b. Memanfaatkan Alam



c. Melakukan tadabbur dan tafakkur alam





Catatan:



Empat pilar di atas dijabarkan dalam SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yang meliputi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, materi, dan penailaian. Dari sinilah, kemudian diintegrasikan di dalam semua mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta pembinaan karakter di pagi hari. Selain itu ada pengawalan budaya sekolah yang dilakukan terus menerus oleh semua guru.



Pendidikan Karakter Jangan Salah Arah


A. Latar Belakarang


Karakter bangsa sebuah keniscayaan untuk segera dilaksanakan dalam dunia pendidikan. Karakter bangsa menjadi pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karakter bangsa ini ibarat kemudi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun begitu penting, ternyata keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga dengan baik, sehingga hasilnya belum optimal.


Karakter bangsa ini merupakan salah satu amanat pendiri negara dan telah dimulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya, pendiri negara pernah berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan pelaksanaan Nation and Character Building. Bahkan beliau telah wanti-wanti ”Jika pembangunan karakter bangsa tidak berhasil, maka bangsa indonesia akan menjadi bangsa kuli.”


Banyak permasalahan di sekitar kita. Berdasarkan survey Komnas Perlindungan Anak, PKBI, BKKBN tentang perilaku remaja yang telah melakukan hubungan seks pranikah di perkotaan sebagai berikut: 62,7% siswi SMP pernah melakukan. 21,2% remaja pernah aborsi. 93,7% remaja SMP dan SMA pernah melakukan ciuman dan oral seks. 97,% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno. (Media Indonesia, 18 Januari)


Data tentang korupsi pejabat misalnya, dari hasil riset yang dilakukan dalam Transparency International Corruption Perceptions Index 2009, masih menempatkan Indonesia pada peringkat yang sangat memperihatinkan. Terkait dengan penyalahgunaan narkotika, Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2009 tercatat adanya 3,6 juta pengguna narkoba di Indonesia, dan 41% diantara mereka pertama kali mencoba narkoba di usia 16-18 tahun, yakni usia remaja SMP-SMU. (Republika online, 26/06/2009). Dan masih banyak permasalahan lain di negeri ini yang perlu diselesaikan melalui pendidikan.


Melihat fenomena seperti ini maka wajar jika pemerintah menjadikan pendidikan karakter program unggulan. Ini artinya pemerintah serius untuk menangani persoalan bangsa. Tidak ingin bangsa ini menjadi bangsa kuli. Tidak ingin bangsa ini semakin terpuruk nilai-nilai moral yang berakibat rusaknya sendi-sendi tatanan bangsa.



B. Memahami Konsep Pendidikan Karakter


Karakter menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter juga diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.


Aristoteles membedaan moral dengan pendidikan karakter. Moral adalah ajaran atau aturan tentang seperangkat nilai-nilai untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Moral masih bersifat normatif berupa seperangkat aturan yang dijadikan acuan dalam pendidikan karakter.


Pendidikan Karakter menanamkan kebiasaan (Habituation) tentang hal yang baik sehingga siswa menjadi faham (domein kognitif) tentang mana yang benar dan mana yang salah. Mampu merasakan (domein afektif) tentang mana yang baik. Dan keinginan untuk melakukan (domein Psikomotor).


Pendidikan Karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikan dan dilakukan, bisa melahirkan kepribadian. Pendidikan karakter inilah yang bisa mengantar anak-anak kita menjadi sukses mulia. Tentunya melalui keteladanan, pesan mulia, dan pendampingan.


Pendidikan karakter adalah internalisasi nilai-nilai kelayakan yang dikawal dalam pembiasaan hingga melahirkan kepribadian yang mulia. Nilai-nilai kelayakan yang dijadikan teladan adalah sifat-sfat mulia rasulullah, yaitu siddiq, amanah, tablig, fathonah. Dalam rumusan nasional disebut dengan olah hati, olah rasa & karsa, olah raga, dan olah fikir.


Tujuan pendidikan karakter pada tingkat institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masayarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.



C. Pola Pelaksanaan Pendidikan Karakter


Kemendiknas telah merancang ‘grand design’ pembelajaran pendidikan karakter. Itu yang harus dijadikan acuan. Acuan yang telah ditetapkan Kemendiknas terkait pendidikan karakter adalah pengelompokan konfigurasi karakter, yakni olahhati, olahpikir, olahraga, dan olahrasa-karsa.


Olahhati bermuara pada pengelolaan spiritual. Dalam agama dikenal sifat siddiq yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal spiritual quotion (SQ). Bagaimana membangun hubungan yang mesra dengan sang Kholik.


Olahpikir bermuara pada pengelolaan intelektual. Dalam agama dikenal sifat Fathonah yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal intellectual quotion (IQ). Bagaimana membangun kecintaan dengan ilmu pengetahuan. Membentuk manusia menjadi manusia pembelajar.


Olahrasa/Olahkarsa bermuara pada pengelolaan emosi dan kreativitas. Dalam agama dikenal sifat Tabligh yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi didikenal emotional quotion (EQ). Bagaimana membangun hubungan antar manusia dan mengolah daya kreatif menjadi hal yang perlu ditata sejak awal.


Olahraga bermuara pada pengelolaan fisik. Dalam agama dikenal sifat amanah yang dimiliki oleh Rasulullah. Dalam pandangan psikologi dikenal Adversity quotion (AQ). Bagaimana manusia bisa menjaga kesehatan sebagai amanah untuk bisa memakmurkan bumi ini. Tanpa fisik yang kuat, sulit memegang amanah sebagai kholifah di muka bumi. Selain itu mampu untuk mengubah hambatan menjadi peluang dengan fisik yang kuat.


Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya tahun 2009 telah merumuskan pendidikan dengan empat pilar, yaitu robbaniyyah, insaniyyah, ilmiyyah, dan alamiyah. Empat pilar ini disinergikan dengan konsep yang telah ditetapkan oleh pemerintah.


Keempat konfigurasi penanaman pendidikan karakter tersebut dilaksanakan dengan serius oleh seluruh pemangku kepentingan. Di sekolah dilaksanakan melalui rancangan kegiatan pembelajaran dan tidak boleh melenceng dari acuan kemendiknas. Selain itu dibuat model budaya karakter dengan pendampingan yang serius. Di rumah, orang tua memiliki budaya karakter yang bisa dijadikan acuan. Begitu juga di masyarakat ikut bersinergi dalam membangun karakter anak. Ketika segi tiga emas ini bisa bersinergi dengan baik, maka apa yang menjadi keresahan semua pihak bisa diminimalisir. Rumah, sekolah, dan masyarakat memiliki perhatian yang sama dalam membangun masyarakat yang “Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur


Untuk memudahkan langkah pelaksanaan pendidikan karakter, maka ada langkah yang perlu dilakukan oleh sekolah. Meskipun pendidikan karakter ini bukan pelajaran khusus, tetapi ada kesempatan bagi seorang guru untuk melakukan pembinaan kepada anak dan pendampingan. Hal ini untuk melakukan pengawalan sehingga terbentuk pembiasaan dan terbangun karakter yang mulia.


1. Pemodelan / Keteladanan (Budaya Positif)


Dalam perkembangannya, setiap orang melalui tiga tahapan. Tahap pertama adalah masa tanam. Masa tanam ini berkisar antara usia 0 sampai 7 tahun. Tahap kedua adalah masa model. Masa model berkisar antara usia 7 sampai 14 tahun. Tahap ketiga adalah masa sosial. Masa sosial berkisar antara 14 sampai 21 tahun.


Tahap pertama dan kedua menjadi tahap yang paling menentukan. Pada masa tanam, anak-anak belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Apapun yang terekam di dalam fikiran itulah yang dikerjakan, tanpa menanyakan benar atau salah. Usia ini apa kata yang ada di sekelilingnya. Pembiasaan lingkungan keluarga akan menentukan perkembangan berikutnya.


Begitu juga di sekolah, peran guru cukup strategis.Tingkah laku dan ucapan guru menjadi perhatian bagi anak. Di saat inilah konsep-konsep itu akan tersimpan dalam memori jangka panjang anak. Bahkan terekam dan tersimpan di dalam alam bawah sadar anak.


Tahap kedua masa pemodelan. Anak-anak akan selalu mencari figur yang bisa dijadikan model. Awalnya akan melihat orang tua sebagai model. Selanjutnya anak juga akan mencari model dari guru. Di sinilah peran orang tua dan guru. Perilaku dan ucapan orang tua dan guru menjadi model bagi anak.


Ketika model tidak dijumpai di dalam rumah. Begitu juga, di sekolah anak tidak menemukan model dari seorang guru, maka anak akan mencari model di luar. Paling muda adalah model di TV, selebriti, baik penyanyi maupun aktor sinetron. Bahkan bisa juga model anak-anak yang ada di luar rumah.


Untuk lebih memudahkan dalam pengawalan dan pengamatan, maka sekolah dan rumah membuat budaya positif. Budaya sekolah mulai masuk hingga siswa pulang tertulis secara sistematis. Budaya itu berlaku untuk semua, tanpa kecuali. Begitu juga di rumah. Budaya ini yang menjalankan adalah pemimpin sekolah, kemudian guru, selanjutnya siswa. Begitu juga di rumah, orang tua yang memulai menjalankan budaya dan diikuti oleh anak.


2. Pesan Moral


Anak-anak tahu mana yang baik dan mana yang buruk tidak lepas dari pesan orang dewasa. Ketika pesan itu masuk ke dalam memori dan dihayati, kemudian diaplikasi, maka akan membentuk sebuah karakter. Pesan itu bisa terucap bisa juga tertulis. Perlu diketahui bahwa pesan yang mudah difisualkan lebih mengena dan lebih mudah tersimpan dalam waktu yang cukup panjang.


a. Pesan Terucap


Pesan yang terucap sering kali disampaikan oleh orang tua dan guru kepada anak. Pesan yang terucap bisa dalam bentuk masehat, bisa juga dalam bentuk kata bijak, bahkan bisa juga dalam bentuk cerita. Sekali lagi, ketika pesan terucap itu bisa digambarkan, bisa difisualkan, maka lebih mengena dan bisa tersimpan dalam memori jangka panjang.



b. Pesan Tertulis


Selain pesan terucap dari orang tua dan guru, bisa juga pesan itu dalam bentuk tulisan. Banyak sekolah yang memasang tulisan-tulisan bijak sebagai bentuk pesan moral kepada anak. Pesan tertulis yang dibaca secara berulang-ulang akan membentuk karakter mulia pada anak. Pesan tertulis juga bisa berupa buku cerita yang mengandung nilai moral.



3. Integrasi Kurikulum


Pendidikan karakter terintegrasi dalam semua mata pelajaran dan kegiatan pengembangan diri, baik yang terprogram melalui ekstra kurikuler maupun yang tidak terprogram. Setiap mata pelajaran selalu memasukkan indikator karakter. Hal ini bisa dilihat di dalam lesson plan. Begitu juga yang terkait dengan ekstra kurikuler dalam rangka membangun karakter siswa. Hal ini bisa dirumuskan bersama-sama agar bisa difahami oleh semua warga sekolah.


Karakter tidak membutuhkan biaya yang tinggi, tetapi dibutuhkan komintmen yang tinggi dari semua pemangku kepentingan. Pelaksanaan karakter dibutuhkan konsistensi, tentunya dengan sistem yang baik. Ketika semua mekanisme berjalan dengan baik, pendidikan karakter akan membuahkan kepribadian yang mulia.




Penulis:


Drs. Najib Sulhan, MA

Sudah dimuat di Media Jatim Plus (2 Mei 2011)

Monday, October 12, 2009

Buku Karya Najib Sulhan

1

2

3


4


5
  1. Judul Buku : Piramida Bahasa Indonesia
    Tebal Buku : 110 halaman
    Penerbit : SIC Surabaya
    Sasaran : Siswa SD dan SMP
    Isi Buku :
    Buku ini berisi tentang ilmu kebahasaan, mulai dari pemahaman tentang huruf hingga wacana. Buku ini sebagai penunjang bagi siswa yang akan menghadapi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) untuk SD dan Unas untuk SMP.
    Buku ini sudah di jual di toko-toko buku atau jika kesulitan bisa pesan ke penulis
  2. Judul Buku : Pembangunan Karakter Pada Anak:
    Manajemen Pembelajaran Guru
    Menuju Sekolah Efektif
    Tebal Buku : 122 halaman
    Penerbit : SIC Surabaya
    Sasaran : Guru dan Orang Tua
    Isi Buku
    Menyadari bahwa setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Untuk itu buku ini memberikan solusi untuk mengetahui cara memahami karakter anak dalam proses belajar mengajar. Selain itu untuk mengetahui problematika belajar pada anak.
  3. Judul Buku : Aku Bisa Memimpin
    Tebal Buku : 80 halaman
    Penerbit : SIC Surabaya
    Sasaran : Siswa SD dan SMP
    Isi Buku
    Semua orang pada dasarnya adalah pemimpin. Namun demikian, tidak semua bisa memimpin dengan baik. Untuk itu, sejak kecil ada bekal-bekal yang perlu dimiliki oleh anak sehingga kelak menjadi pemimpin yang baik. Pemimpin yang selalu dikagumi, diikuti, dan dirindukan. Semua itu dibentuk sejak dini.
  4. Judul Buku : Aku Ingin Menjadi Penulis Cilik
    Tebal Buku : 58 halaman
    Penerbit : SIC Surabaya
    Sasaran : Siswa SD dan SMP
    Isi Buku
    Pada dasarnya menulis itu sangat mudah. Tapi sayang banyak yang takut untuk memulai. Buku ini memberikan motivasi kepada siswa yang memiliki hobi menulis. Selain itu ada langkah-langkah dan cara untuk menulis. Mulai dari membuat catatan harian hingga menjadi sebuah buku yang bisa diterbitkan.
  5. Judul Buku : Aku Ingin Menjadi Wartawan Cilik
    Tebal Buku : 126 halaman
    Penerbit : SIC Surabaya
    Sasaran : Siswa SD, SMP, dan SMP
    Isi Buku
    Wartawan menjadi profesi yang menarik untuk ditekuni. Buku ini berisi tentang cara menulis berbagai bentuk tulisan yang bisa dipublikasikan. Mulai dari cara menulis artikel, berita, feature, cerpen, puisi, dll. Selain itu cara membuat majalah dinding, buletin sekolah, dan majalah sekolah juga ada di dalam buku ini.










Wednesday, July 15, 2009

Meriahnya Tahun Pelajaran Baru 2009/2010 Di Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya

Tanggal 13 Juli 2009 merupakan awal tahun pelajar 2009/2010 sesuai kalender pendidikan secara serentak di Indonesia. Berbagai agenda dibuat di setiap sekolah. Perguruan Islam Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya membuat agenda yang cukup menarik Seluruh siswa, baik siswa baru maupun siswa lama dikumpulkan bersama di halaman sekolah. Mereka mendapatkan pengarahan dari direktur Perguruan Islam Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya. Selain itu, hadir juga bapak Ir. H. Arno Kermaputra selaku wakil pelaksana harian Al-Azhar Kelapa Gading untuk memberikan motivasi.

Suasana cukup meriah pada saat siswa baru memegang balon untuk diterbangkan. Begitu juga ketika ada ratusan balon untuk menarik spanduk yang bertuliskan ”Fly High ALAZKA” dengan berbagai bentuk dan warna yang cukup menarik. Harapannya, baik TK, SD, maupun SMP mampu terbang tinggi meraih sukses dengan pondasi moral yang kuat serta beragam kecerdasan yang dimiliki anak sampai pada kondisi terbaiknya. Pada saat itu juga diberikan penghargaan berupa piala dan piagam yang khusus didatangkan dari Jakarta bagi anak yang juara di tingkat Jawa Timur hingga tingkat nasional.

Setelah pembukaan tahun pelajaran, dilanjutkan dengan penampilan berbagai kegiatan ekstra yang ditangani oleh ”Sanggar ALAZKA”. Ada demo robotika, permainan drum, gitar, biola. Selain itu ada paduan suara, band putri. Tidak kalah menariknya adalah demo bacaan Al-Quran dengan tartil dan tarjim secara harfiah. Begitu juga penampilan tae kwon do yang pernah menjadi juara juga ditampilkan. Sambutan yang luar biasa baik dari orang tua maupun siswa yang menyaksikan pagelaran ekstra kurikuler. Saat itulah orang tua memilih kegiatan ekstra sesuai bakan putra-putrinya.

Masa Orientasi Siswa (MOS) dilaksanakan untuk TK, SD, dan SMP tanggal 13 sampai 15 Juli 2009. Agenda yang dibuat oleh TK, SD, dan SMP berbeda. Untuk TK dan SD lebih menekankan pada pengenalan lingkungan sekolah. Adapun untuk SMP, selain pengenalan lingkungan sekolah juga ada pembekalan tentang penanggulan Napza, baris berbaris, dll. Begitu juga dilakukan matrikulasi untuk pemetaan anak-anak sesuai dengan kondisi yang ada. Dengan demikian ada data base untuk kegiatan berikutnya.

Kelompok Bermain (KB) Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya Juara 2 Jawa Timur

Tanggal 4 Juli 2009 Kelompok Bermain (KB) Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya ditunjuk untuk mewakili Kota Surabaya dalam lomba Pendidikan Anak Usia Dini tingkat Jawa Timur. Hadir selaku penilai, Ibu Wujiati dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Bapak Drs. Mujadi NS, Drs. Hafiluddin Tabrani, Ibu Elzim Khosyiyati, S.Hi dari Himpaudi Jawa Timur.

Alhamdulillah, berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh dewan juri, PAUD Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya menjadi Juara 2 se Jawa Timur. Penerimaan piala dilakukan di Kantor Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur tanggal 14 Juli 2009. Untuk selanjutnya yang masuk tiga besar dipersiapkan untuk mewakili ke tingkat nasional. Mudah-mudahan bisa mewakili untuk tingkat nasional dan bisa tampil terbaik dengan membawa nama Dinas Pendidikan Jawa Timur.

Hasil Terbaik Uji Tiga Kemampuan Dasar

Mulai tahun pelajaran 2008/2009 diadakan uji tuga kemmapuan dasar (TKD) untuk kelas 3 SD yang meliputi mambaca, menulis, dan berhitung. Kegiatan ini dilaksanakan serentak secara nasional. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kemmpuan anak-anak membaca, menulis, dan berhitung.
Alhamdulillah, setelah keluar hasilnya, Siswa Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya yang berjumlah 56 siswa menduduki urutan pertama di tingkat Kecamatan Mulyorejo dan masuk 5 besar untuk tingkat Kota Surabaya. Nilai rata rata-rata yang diperoleh adalah 8,03 dengan rincian untuk membaca rata-rata 8,25, menulis rata-rata 8,25, dan berhitung rata-rata 7,22.
Ini merupakan satu bentuk layanan dari sekolah untuk siswa. Kami sangat menyadari bahwa kelas 1, 2, dan 3 merupakan kelas yang sangat menentukan kelanjutan kelas di atasnya. Banyak permasalahan yang muncul di kelas-kelas atas bermula dari masa-masa golden age,. Untuk itulah Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya menyiapkan anak-anak yang tangguh.

Sunday, May 17, 2009

Pretasi Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya Di Hari Jadi Kota Surabaya ke 716

Alhamdulillah, Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya selalu bisa memberikan yang terbaik untuk kecamatan Mulyorejo. Setelah bulan April 2008 memborong berbagai prestsi untuk kegiatan siswa dan guru, untuk Hari Jadi Kota Surabaya juga tetap bisa menyumbangkan prestasi. Lomba cak dan ning usia SD mendapat juara 3 dari jumlah peserta 400. SD Islam Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya mengirimkan 4 perwakilan, Muhammad Ali Zuhdi (4), Elen Jelita (4), Dendi Hermawan (3), dan Azzahransyah Sofia Siswanto (3). Keempat peserta, semua bisa masuk final. Akhirnya satu anak Menjadi juara 3, dua anak masuk 10 besar dan satu lagi menjadi finalis.
Tanggal 14 Mei 2009, Siswa SMP Islam Al-Azhar KGS mengikuti lomba renang antar pelajar di kota Surabaya, Alhamdulillah, satu satunya siswa yang dikirim, Hilal Apriyanto kelas VII SMP mendapat juara 2. Dalam waktu yang sama guru TK Al-Azhar KGS juara 3 dalam lomba membuat Alat Peraga Edukasi (APE). Sekarang Guru-guru TK AKGS tengah menyiapkan lomba HAN tingkat kota Surabaya. Ada tiga lomba yang harus mewakili untuk kecamatan, yaitu lomba menyanyi bersama, percakapan, dan melempar. Semoga prestas-demi prestasi terus diraih. Amin.