Dan hendaklah takut kepada Allah, andaikata sesudah wafatnya meninggalkan generasi yang lemah, yang mereka khawatirkan nasib mereka akan terlunta-lunta. Karena itu hendaklah mereka taqwa kepada Allah dan mengucapkan (berkomunikasi) dengan kata-kata yang lemah lembut / kata-kata yang baik. (Q.S. An-Nisa’ : 9)
Remaja hari ini adalah pemimpin untuk masa yang akan datang. Ungkapan ini menempatkan sosok remaja untuk mendapatkan perhatian yang serius. Maju dan tidaknya masa depan bangsa akan ditentukan oleh kondisi yang terjadi saat ini.
Ada dua kata kunci yang disampaikan oleh Allah dalam membangun generasi yang kuat, yaitu taqwa kepada Allah dan mengucapkan kata-kata yang baik. Ketika dua persoalan ini dibangun sejak kecil, maka kelak akan tumbuh pemimpin-pemimpin yang kuat. Sebaliknya, ketika dua persoalan ini diabaikan, maka yang lahir adalah pemimpin-pemimpin yang lemah. Pemimpin yang bermental korup, pemimpin yang menjilat sana sini untuk melanggengkan kekuasaannya, pemimpin yang hanya mementingkan kekuasaan, dan pemimpin yang suka dengan sumpah palsu atau tidak mau bersaksi walau tahu dengan penyakit lupa dan tidak tahu. Inilah gejala yang mulai berkembang saat ini.
Persoalan dunia, kesibukan mencari nafkah, serta berbagai kepentingan orang tua, kadang lupa bagaimana menyiapkan generasi yang akan datang, pemimpin masa depan. Di rumah, kadang tidak ada waktu untuk bercakap-cakap dengan anak. Kalaulah ada, kualitas komunikasi tak diharapkan oleh anak.
Kadang karena kesibukan orang tua, ketika ada anak ingin bercerita, diabaikan tanpa diperhatikan. Ini yang membuat anak tidak ingin bercerita atau curhat kepada orang tua. Bahkan tidak jarang ketika ada keluhan dari anak, respon orang tua marah dan menyalahkan anak. Ini pula yang menyebabkan anak jauh dari orang tua.
Ada satu hal yang sangat memprihatinkan dari persoalan komunikasi anak dengan orang tua. Dari data penelitian yang pernah saya lakukan, Ketika anak-anak menghadapi permasalahan dalam keseharian, justru mereka lebih senang curhat dengan teman, dengan facebook, atau benda-benda lain seperti gitar, bila dibanding curhat kepada orang tua. Alasannya cukup klasik. Orang tua sangat sibuk dengan urusannya sendiri. Orang tua tidak ada waktu, bahkan ada yang mengatakan orang tua marah melulu ketika anaknya ada masalah. Padahal si anak membutuhkan solusi bijak dengan kata yang bijak dari orang tua ketika menghadapi masalah.
Ketika anak-anak sudah menganggap orang tua tidak bisa diajak berbicara, maka harus berhati-hati, Di saat komunikasi anak dengan orang tua mengalami jalan buntu, maka yang terjadi, anak menyalurkan komunikasi yang tidak pada tempatnya. Di kota-kota besar ada tempat yang sangat berbahaya. Ada diskotik, plaza, kafe, tempat karaoke, dan lain-lain. Tempat itu bukan untuk menenangkan hati anak yang gundah, tetapi banyak tawaran barang maksiyat yang akan menyesatkan anak-anak kita.
Kata-kata yang bijak akan selalu meneguhkan hati. Kata-kata yang bijak akan selalu menguatkan langkah. Kata-kata yang bijak selalu meringankan anak saat masalah mulai menghampiri. Anak-anak kita butuh motivasi, butuh dorongan moral dari orang tua yang bijak. Kalau tidak di lingkungan rumah dan di sekolah, di mana lagi untuk melatih, mengajari, dan menguatkan anak-anak yang kelak akan menjadi pemimpin.
Di TV tidak ada jaminan bagi anak-anak untuk bisa meneguhkan hatinya. Semua agenda telah dibalut dengan kepentingan. Ustad yang tampil sosoknya telah menjelma menjadi artis. Asal enak ditonton, kini tuntunan dikemas dengan dagelan. Sementara artis berani melakukan apa saja agar laris manis. Tentunya tidak layak untuk menjadi tontonan bagi anak-anak. Tapi nyatanya, tontonan itu kini mulai dijadikan tuntunan. Begitu juga politisi, banyak mengobral kata-kata yang tak berarti. Kebohongan tak lagi menjadi barang tabu. Justru kadang merasa bangga ketika kebohongan yang jelas-jelas nyata itu lepas dari jerat hukum. Kini kata-kata lupa, tidak tahu, menjadi alat ampuh untuk menutupi kebusukan itu. Sungguh ini menjadi pemandangan yang tak menguntungkan bagi anak-anak yang kelak menjadi pemimpn masa depan.
Menjadi tugas orang tua untuk bisa menyiapkan generasi yang tangguh. Generasi yang senantiasa menjaga ucapan-ucapan yang baik. Ucapan yang mencerminkan rasa takut kepada Allah. Itulah kata-kata yang jujur, kata-kata yang berjiwa tauhid. Kata-kata yang selalu mendapatan keselamatan dan kebahagiaan.
Marilah kita selamatkan anak-anak dengan kata yang meneguhkan, kata yang bijak. Ucapan yang baik dan kata yang bijak adalah penyelamat. Sebaliknya, kebohongan dan kata-kata busuk adalah kezaliman. Semua akan berbalas dan tidak ada satupun yang bisa disembunyikan dari pantauan Sang Pencipta. Allah mengingatkan di dalam surat Ibrahim ayat 27.
”Allah meneguhkan pendirian orang beriman dengan ”ucapan yang baik/ucapan yang meneguhkan” itu, baik selama ia hidup di dunia, maupun di akhirat nanti, dan membiarkan sesat orang yang zalim. Dan Allah melakukan apa saja yang Dia kehendaki.
Dimuat Majalah Mayara
April 2012
Sunday, April 15, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment