Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat Tuhamnu yang kamu harapkan kedatangannya, ucapkan sajalah kepada mereka ucapan yang menyenangkan hatinya. (Q.S. 17/Al-Isra’:28)
Dalam
tafsir Az-Zikra, ayat di atas dimaknai dengan memberikan bantuan orang lain. Jika
seseorang sedang dalam kekurangan, sedang untuk menolak permintaan orang-orang
yang miskin itu tidak pula sampai hati, sementara masih ada harapan baik akan
mendapatkan rezeki yang lumayan, maka untuk menolaknya itu hendaklah
mempergunakan kata-kata yang bisa
menentramkan atau menyenangkan hati.
Ucapan yang menyenangkan kati senantiasa memberikan
harapan dan kepercayaan kepada yang diajak bicara. Ucapan yang menyenangkan
adalah ucapan solutif. Ucapan yang
solutif selalu memberikan alternatif terbaik dan tidak mengecewakan. Ucapan
yang menyenangkan senantiasa membangkitkan optimis. Ucapan solutif memberikan
pertolongan. Ucapan yang solutif jauh dari kata-kata profokatif. Jauh dari
kata-kata yang membingungkan.
Menjadi
orang yang mampu memberikan solusi akan lebih bermakna, lebih bermanfaat, dan
sangat dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari. Siapapun yang datang untuk
meminta bantuan, senantiasa diberikan alternatif dengan kata-kata yang menyenangkan,
bukan kata-kata yang mengecewakan. Berbahagialah orang-orang yang bisa memberi
dan bisa berbagi. Yakinlah bahwa dengan banyak berbagi tidak akan rugi. Justru
dengan banyak berbagi, rizkiakan selalu menghampiri.
Bersyukurlah
ketika banyak orang yang datang kepada kita untuk meminta pertolongan. Dengan
banyaknya orang minta pertolongan sesungguhnya hidup ini mempunyai warna yang
indah, mempunyai makna untuk semua. Orang yang datang kepada kita tidak selalu
minta bantuan berupa finansial. Banyak juga yang minta bantuan untuk
menyelesaikan masalah dalam rumah tangga atau hal-hal yang lain.
Permintaan
bantuan tidak semua bisa dipenuhi. Kadang bisa karena dalam kondisi yang baik.
Namun kadang, kondisi memungkinkan untuk tidak memenuhi. Saat tidak bisa memenuhi,
maka perlu disampaikan dengan kata-kata yang menyenangkan hati, kata-kata yang
menentramkan jiwa, kata-kata yang bisa memberikan solusi. Meskipun permintaan
tidak bisa terpenuhi, jika ada kata-kata yang menentramkan, kata yang
menyenangkan, maka hilanglah rasa kecewa..
Orang
tua mempunyai pengalaman yang lebih jika dibandingkan dengan anak. Minimal
pengalaman usia hidup yang lebih lama. Hal yang wajar jika anak harus banyak
belajar dari orang tua. Sebaliknya, wajar pula jika orang tua harus bisa memahami
anak. Tidak sebaliknya, anak-anak yang selalu diminta untuk memahami orang tua.
Jika orang tua sudah bisa memahami anak, tentunyaanak akan memahami orang tua
pula.
Banyak
hal yang belum diketahui oleh anak. Pada saat-saat tertentu anak-anak akan
minta dibimbing oleh orang tua. Hal yang kecil, ketika anak sedang belajar,
anak-anak mengalami kesulitan dari tugas
yang diberikan oleh guru, maka di sini peran orang tua cukup besar. Mungkin orang tua tidak bisa menjawab secara
langsung pertanyaan itu. Namun dengan mendampingi, kemudian memberikan motivasi
dengan kata-kata yang baik dapat membuat anak semangat untukmencari jawabannya.
Bisa
dibayangkan, ketika anak bertanya kepada orang tua, sementara orang tua tidak
memberikan respon positif dan hanya menyalahkan anak, maka anak tidak akan mau
bertanya lagi ke orang tua. Anak menganggap orang tua tidak bisa memberikan
solusi. Hilangnya kepercayaan anak kepada orang tua berawal dari komunikasi
yang kurang sinergi.
Itu
baru persoalan kecil terkait pendampingan belajar anak. Belum lagi ketika masuk
usia remaja. Permasalahan anak semakin banyak dan pelik. Mulai masalah
pelajaran, ingin mendapatkan perhatian, butuh pengakuan, masa pubertas, dll. Di
saat seperti anak butuh pendampingan dati orang tua. Kata sahabat Ali bin Abi
Tholib, ”Perlakukan anak remaja seperti teman”. Artinya, orang tua bisa
dijadikan tempat curhat terhadap masalah yang dihapi oleh anak.
Dari
hasil observasi yang pernah saya lakukan terkait dengan problem yang dihadapi
anak, ternyata ketika anak-anak remaja mempuyai masalah, justru jarang curhat
ke orang tua. Lebih banyak mereka curhat
ke sahabat. Ada yang curhat melalui facebook. Ada juga yang tidak menemukan
tempat curhat, sehingga hanya jalan-jalan, main gitar, bahkan hanya menangis
menyendiri di dalam kamar. Di sekolah, BK belum bisa menjadi solusi. Kebanyakan
BK menjadi polisi yang ikut menyalahkan anak.
Alasan
cukup sederhana. Banyak yang beralasan orang tua tidak punya waktu untuk
mendengarkan persoalan anak. Mendengarkan saja tidak ada waktu, apalagi
memberikan solusi. Ada juga yang marah-marah ketika ada masalah yang dihadapi
oleh anak dan menyalahkan ke anak.
Sudah
waktunya, orang tua di rumah dan guru di sekolah, terutama BK mampu membantu memberikan solusi bagi anak-anak
remaja saat ini. Persoalan yang terjadi pada anak kita saat ini bukan semata-mata kesalahan mereka, tetapi
karena kehilangan figur panutan.
No comments:
Post a Comment