Anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah kepada orang tua. Sebagai amanah, maka orang tua bertanggung jawab mengasuh, mendidik, dan membekali anak agar kelak sesuai dengan harapan Allah, yaitu senantiasa beribadah kepada Allah.
Anak juga sebagai anugerah yang besar dari Allah. Tidak semua manusia mendapat anugerah anak. Ini artinya, keberadaan anak dalam lingkungan keluarga menjadi lebih indah dan lebih bermakna. Namun demikian, tidak sedikit anak yang justru menambah agenda permasalahan bagi orang tua, bahkan tidak sedikit anak-anak yang menjadi musuh bagi orang tua.
Setiap orang tua akan merasa bangga ketika melihat anaknya cerdas. Setiap kenaikan kelas selalu menjadi yang terbaik dan setiap kali mengikuti lomba selalu menjadi yang terbaik dan bisa menjadi juara. Orang tua juga pasti akan selalu berbahagia ketika anak yang dilahirkan tumbuh menjadi orang yang kaya, bisa membeli mobil, rumah mewah, dan punya jabatan tinggi.
Kebanggaan dan kebahagiaan orang tua sangat beralasan karena memiliki anak yang sukses, cerdas, kaya, dan memiliki kedudukan di masyarakat. Kebanggaan dan kebahagiaan orang tua seperti ini masih semu. Kebanggaan dan kebahagiaan ini tak lebih dari sekedar bangga terhadap harta sebatas di dunia. Kebanggaan dan kebahagiaan ini sebatas duniawi. Ketika orang tua dipanggil oleh Allah, maka semua yang ada, kebanggan dan kebahagiaan yang telah dimiliki di dunia pasti sirna.
Dalam hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Jika seorang manusia mati maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah yang terus mengalir (pahalanya karena diwakafkan), ilmu yang terus diambil manfaatnya (diamalkan sepeninggalnya), dan anak shaleh yang selalu mendoakannya.”
Betapa bangga dan bahagia orang tua ketika mempunyai anak yang dapat menyejukkan mata hati. Ciri utama anak yang menjadi penyejuk mata adalah anak solih-solihah yang selalu mendoakan orang tua. Inilah kebanggaan dan kebahagiaan hakiki bagi orang tua.
Anak penyejuk mata hati adalah investasi berharga bagi orang tua. Mereka tak pernah melupakan Allah dan tak pernah lupa untuk berdoa kepada orang tua. Di manapun dan kapan saja selalu bisa menjaga diri. Disaat orang tua masih ada maupun sudah tidak ada, doa-doa tulus menjadi kontribusi penting bagi orang tua.
Rasulullah pernah bersabda,yang artinya “Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya, ‘Bagaimana aku bisa mencapai semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu.”
Sebagian ulama memberikan penjelsan tentang hadis ini. Mereka mengatakan bahwa seorang anak jika menempati kedudukan yang tinggi daripada orang tuanya di surga (nanti), maka dia akan meminta (berdoa) kepada Allah agar kedudukan orang tuanya ditinggikan (seperti kedudukannya), sehingga Allah pun meninggikan (kedudukan) orang tuanya.
Anak sungguh menjadi harta yang tak ternilai jika bisa mejadi penyejuk mata . Apa artinya anak jika sekedar menjadi hiasan, menjadi kebanggaan di dunia yang tidak memberikan nilai positif bagi orang tua. Tapi sayang, saat ini banyak orang tua yang senang dan bangga jika anaknya cukup hanya sebagai hiasan. Bangga ketika anaknya kaya, bangga anaknya pandai, bangga anaknya memiliki kedudukan sehingga bisa dijadikan bahan cerita kepada orang lain.
Banyak orang tua yang lupa menanamkan nilai –nilai karakter pada anak. Sehingga yang terjadi banyak anak yang pinter, kaya, dan punya kedudukan, akan tetapi tidak bisa berbakti kepada orang tua. Banyak anak tidak tahu cara bagaimana berbakti kepada orang tua, baik ketika orang tua dalam kondisi sehat, kondisi sakit, atau mungkin saat sudah dipanggil oleh Allah. Padahal, salah satu amal yang pernah putus yang dimiliki oleh orang tua adalah ketia mempunyai anak soleh yang senantiasa mendoakan orang tua.
Terbit di Majalah Mayara
Maret 2012
Tuesday, March 20, 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)