Monday, October 27, 2008

Menjadikan Rumah Sebagai Sekolah Pertama bagi Anak

Mungkin saja anak tidak memperhatikan apa yang diperintahkan oleh orang tua. Tetapi yang pasti anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tua. Pada usia-usia awal kehidupan anak di rumah bukan menjalankan intruksi tetapi merespon apa yang dilihat.
Ketika anak yang masih balita diperintah untuk solat, mungkin anak-anak belum mengerti apa itu solat. Namun ketika si anak melihat orang tuanya selalu menjalankan solat, maka secara spontan ia akan belajar dengan sendirinya. Ia akan minta solat meskipun belum bisa dengan sempurna. Begitu juga ketika orang tuanya memiliki satu keahlian tertentu dan anak-anak selalu mengamati, maka pada diri anak akan muncul keinginan untuk meniru.
Ketika anak ditugaskan untuk mengantar makanan ke tetangga, mungkin awalnya akan malu-malu. Namun ketika orang tuanya atau kakaknya mengajak adiknya ke tetangga untuk mengantar makanan, maka suatu saat anak akan merasa senang melakukan hal yang dilakukan oleh orang tuanya dan kakaknya untuk berempati terhadap orang lain yang membutuhkan.
Usia 0-7 tahun oleh sebagian pakar pendidikan disebut sebagai fase pemrograman. Usia ini sangat penting untuk membentuk anak-anak kita. Lingkungan sekitar menjadi model bagi anak-anak. Pada usia ini anak-anak belum tahu banyak tentang benar dan salah. Apa yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya itulah yang akan dilakukan.
Pada usia ini peranan orang tua cukup besar. Terbentuknya perilaku anak, baik mengenai perasaan, gejala emosional, tingkah laku, dan kebiasaan timbul dan berpusat pada orang tuanya. Jika pada saat ini apa yang dilihat dan dirasakan anak bernilai positif, sebenarnya orang tua telah melakukan pemrograman terhadap anak dengan nilai-nilai yang positif dan ini akan menguntungkan anak serta orang tua. Sebaliknya jika pada usia ini apa yang dilihat dan dirasakan anak bernilai negativ maka program yang masuk ke anak adalah nilai-nilai negativ dan ini sangat menguntungkan anak serta orang tua.
Sebagai orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anak. Tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anak-anak. Namun sering kali apa yang dilakukan oleh orang tua berlebihan. Bukan perintah dan larangan yang dibutuhkan oleh anak-anak, tetapi model yang akan selalu mendapat perhatian.
Ada pesan dari kholifah Abu Bakar As-Siddiq yang cukup berharga buat kita orang tua. “Didiklah anak-anakmu karena mereka menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu”. Ini warning buat orang tua bahwa tantangan zaman ke depan jauh lebih berat buat anak-anak kita. Jika kita salah membentuk di rumah, maka di mana lagi anak bisa dibentuk. Sementara rumah adalah sekolah pertama bagi anak-anak.
Bahkan Allah jauh-jauh sudah mengingatkan kepada kita terhadap generasi yang akan datang.
Sebagaimana yang termaktub di dalam surat An-Nisa’ ayat 9. “Orang-orang hendaklah takut kepada Allah, andaikata sesuadah wafatnya meninggalkan turunan yang lemah, yang mereka khawatirkan nasib mereka akan terlunta-lunta. Karena itu hendaklah mereka taqwa kepada Allah dan mengucapkan kata-kata yang lemah-lembut”.
Ada dua hal yang penting untuk membentuk pribadi anak yang cerdas. Pertama adalah selalu mendekatkan diri kepada Allah. Allah maha cerdas dan yang memberikan kecerdasan. Semua ilmu adalah rahmat dari Allah. Untuk itulah sandaran yang kokoh dan tidak mudah goyah apabila selalu dekat dengan Allah. Kedua, kata-kata yang lemah-lembut, kata-kata yang baik akan dapat membentuk konsep diri anak. Anak-anak yang sejak kecil sudah memiliki konsep diri yang positif dalam kehidupannnya, maka dengan mudah akan mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya. Sebaliknya kecerdasan yang dimiliki anak akan hilang apabila tertutup oleh konsep diri yang negatif. Sebagai sekolah pertama bagi anak-anak, maka lingkungan rumah harus mampu membangun konsep diri posirif bagi anak. Menjauhkan kata-kata yang tidak berguna, kata-kata yang membuat anak-anak jadi penakut dan minder. Justru kata-kata yang baik, lemah-lembut, yang mampu memotifasi anak untuk selalu mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya.

No comments: